Senin, 12 November 2012

Pura Uluwatu



Pura Uluwatu salah satu obyek wisata di bali, dibangun di atas batukarang yang terjal dan tinggi sekitar 80 meter yang menjorok ke laut (samudra Indonesia) yang terkenal dengan keindahan sunset / matahari tenggelam. Pura Luhur Uluwatu berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewa  Rudra. Pura Uluwatu dipercaya oleh umat Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin atau disebut dengan Pura Sad Kahyangan. Pura Luhur Uluwatu terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, sekitar 25 km ke arah selatan dar wilayah wisata Kuta, terletak di ujung Barat Daya Pulau Bali. Terdapat pula hutan kering kecil yang sering disebut Alas Kekeran (hutan larangan) yang merupakan bagian dari Pura dan dihuni oleh banyak monyet dan hewan lainnya. Nama Uluwatu adalah berasal dari kata Ulu yang berarti kepala dan Watu berarti batu. Oleh karena itu Pura Uluwatu berarti Pura yang dibangun di ujung terumbu karang.

Pura Luhur Uluwatu memiliki wilayah suci dalam radius kurang lebih lima kilometer. Wilayah ini disebut wilayah Kekeran, artinya wilayah yang suci. Dalam wilayah Kekeran ini terdapat beberapa pura Prasanak atau Jajar Kemiri, antara lain Pura Parerepan di Desa Pecatu, Pura Dalem Kulat, Pura Karang Boma, Pura Dalem Selonding, Pura Pangeleburan, Pura Batu Metandal dan Pura Goa Tengah. Semua Pura Prasanak tersebut berada di sekitar wilayah Pura Luhur Uluwatu di Desa Pecatu.

Di sebelah kiri sebelum masuk pintu Candi Bentar terdapat kompleks pelinggih yang disebut Dalem Jurit. Di Pura Dalem Jurit inilah terdapat tiga patung Tri Murti yang diadakan ketika Mpu Kuturan mendirikan pura tersebut abad ke-11 Masehi. Dari Dalem Jurit kita terus masuk melalui Candi Bentar. Di jaba tengah ini kita menoleh ke kiri lagi ada sebuah bak air yang selalu berisi air meskipun musim kering sekalipun. Hal ini dianggap suatu keajaiban dari Pura Luhur Uluwatu. Sebab, di wilayah Desa Pecatu adalah daerah perbukitan batu karang berkapur yang mengandalkan air hujan. Bak air itu dikeramatkan karena keajaibannya itu. Keperluan air untuk bahan tirtha cukup diambil dari bak air tersebut. Dari jaba tengah ini kita terus masuk melalui Candi Kurung Padu Raksa bersayap. Candi ini ada yang menduga dibuat pada abad ke-11 Masehi karena dihubungkan dengan Candi Kurung bersayap yang ada di Pura Sakenan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Candi Kurung bersayap seperti ini ada di Jawa Timur peninggalan purbakala di Sendang Duwur dengan Candra Sengkala yaitu tanda tahun Saka dengan kalimat dalam bahasa Jawa Kuna sbb: Gunaning salira tirtha bayu, artinya menunjukkan angka tahun Saka 1483 atau tahun 1561 Masehi. Candi Kurung Padu Raksa bersayap di Sendang Duwur sama dengan Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu. Dengan demikian nampaknya lebih tepat kalau dikatakan bahwa Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu dibuat pada zaman Dang Hyang Dwijendra yaitu abad XVI. Karena Dang Hyang Dwijendra-lah yang memperluas Pura Luhur Uluwatu. Setelah kita masuk ke jeroan (bagian dalam pura) kita menjumpai bangunan yang paling pokok yaitu Meru Tumpang Tiga tempat pemujaan Dewa Siwa Rudra. Bangunan yang lainnya adalah bangunan pelengkap saja seperti Tajuk tempat meletakkan upacara dan Balai Pawedaan tempat pandita memuja memimpin upacara. Di balik Meru utama (pagoda) pada Pura Uluwatu, terdapat sebuah patung batu gamping perwujudan Brahman yang memandang Samudera Hindia, dikatakan patung tersebut merupakan perwujudan dari Danghyang Nirartha. Di dalam komples Pura terdapat perahu yang diyakini sebagai milik Danghyang Nirartha ketika melakukan perjalanan dari Jawa. Upacara piodalan atau sejenis hari besarnya Pura Luhur Uluwatu pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia atau setiap 210 hari berdasarkan perhitungan kalender Wuku.

Mpu Kuturan, seorang Pendeta Hindu dari Jawa, mendirikan Pura ini pada abad ke-10. Pada abad ke-15 Pendeta besar Danghyang Nirartha atau Danghyang Dwijendra, memilih Pura Uluwatu sebagai tempat terakhir di dunia, sejarah mencatat bahwa Danghyang Nirartha mencapai moksa (bersatu dengan Tuhan) ketika bermeditasi di Uluwatu. Legenda juga menyebutkan kepada kita bahwa Danghyang Nirartha adalah arsitek dari Pura-Pura yang indah, serta banyak Pura besar lainnya di Bali, Lombok, dan Sumbawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar